Kamis, 28 Februari 2013

Klasifikasi dan Tipe Pondasi


1.1  Klasifikasi Pondasi dan Tipe Pondasi
a.     Klasifikasi Pondasi
Tipe Pondasi dapat digolongkan berdasarkan dimana beban itu ditopang oleh tanah yang menghasilkan :
   Pondasi dangkal                             :  Dinamakan sebagai alas, telapak, telapak tersebar
atau pondasi rakit. Kedalamannya pada umumnya D/B ≤ 1 atau agak lebih.
   Pondasi dalam                                :  Tiang pancang, tembok/tiang yang dibor atau
kaisor yang dibor.
Kedalaman pondasi D ≥ 4B – 5B.

b.    Macam-macam Tipe Pondasi
1.         Pondasi Telapak
Pondasi telapak biasanya tipe pondasi ini dipakai untuk mendukung kolom struktur. Pondasi ini biasanya berbentuk lingkaran, bujur sangkar, atau persegi dengan suatu ketebalan plat tertentu. Pondasi telapak yang memikul kolom biasa yang lebih berat biasanya diperkuat dengan terali biasa.
2.         Pondasi Lajur Lebar
Pondasi tipe ini diperlukan jika kapasitas dukung tanah tidak cukup kuat mendukung beban, sehingga diperlukan telapak yang lebih besar dan diperkuat dengan tulangan.
3.         Pondasi Rakit
Pondasi tipe rakit dapat dipakai pada tanah dengan kapasitas dukung rendah atau jika jarak kolom atau beban lain sangat dekat dalam kedua arah sehinggan seluruh telapak bersentuhan satu sama lain. Pondasi rakit sangat bermanfaat untuk mengurangi perbedaan penurunan dalam berbagai tanah.
4.         Pondasi Tiang
Pondasi tiang diperlukan jika tanah dalam kondisi elevasi normal dapat mendukung pondasi telapak, pondasi lajur ataupun pondasi rakit atau jika struktur terletak di atas timbunan yang dalam sehingga mudah terjadi penurunan akibat beratnya sendiri. Pondasi tiang merupakan metode yang disenangi untuk mendukung struktur yang dibangun diatas muka air atau dimana beban keatas perlu ditahan.
c.    Penggunaan Macam-macam Tipe Pondasi
1.         Jika tanah pendukung pondasi terletak 2-3 m di bawah permukaan tanah, maka tipe pondasi yang dipilih adalah pondasi telapak.
2.         Jika tanah pendukung pondasi terletak 10 m dibawah permukaan tanah, digunakan tipe pondasi tiang apung.
3.         Jika terletak dikedalaman 30 m dibawah permukaan tanah, maka biasanya dipakai kaison terbuka, tiang baja, dan tiang beton yang dicor ditempat.
4.         Jika tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman lebih dari 40 m dibawah permukaan tanah, maka tipe pondasi yuang dipakai adalah tiang baja dan tiang beton yang di cor ditempat.
5.         Bila tanah pendukung pondasi terletak dikedalaman sekitar 10 m dibawah permukaan tanah. Bila dianggap tidak  boleh terjadi penurunan, yang biasanya digunakan adalah tipe pondasi tiang pancang.
d.   Faktor-faktor dalam Pemilihan Tipe Pondasi
1.         Fungsi bangunan, dimana bangunan penting akan dibuat dengan keamanan lebih terjamin daripada yang kurang penting.
2.         Beban yang harus dipikul.
3.         Keadaan tanah dasar.
4.         Biaya pembuatan pondasi ddibandingkan dengan biaya pembuatan bangunannya.
5.         Jenis-jenis keadaan tanah dasar yang mempengaruhi tipe pondasi.

Definisi dan dasar Perencanaan pondasi


Definisi dan Prinsip Perencanaan Pondasi
a.       Definisi dan Pengertian Pondasi
Struktur pondasi didefinisikan sebagai bagian dari struktur yang berhubungan lansung dengan tanah yang berfungsi memindahkan beban-beban dari struktur ke tanah. Pondasi ialah bagian dari suatu sistem rekayasa yang meneruskan beban yang ditopang oleh pondasi dan beratnya sendiri kepada dan kedalam tanah dan batuan yang letaknya dibawahnya.
Istilah struktur atas umumnya dipakai untuk menjelaskan bagian sistem yang direkayasa yang membawa beban kepada struktur bawah.
b.      Prinsip Perencanaan Pondasi
Pemecahan-pemecahan untuk persoalan-persoalan perencanaan pondasi pada umumnya menggunakan prinsip-prinsip mekanika tanah dan mekanika teknik. Seorang perencana harus memikirkan bagian-bagian konstruksi yang mempengaruhi pemindahan beban dari bangunan atas ke tanah sehingga stabilitas tanah yang dihasilkan dan deformasi yang diperkirakan masih dapat ditolerir.
Hal-hal yang harus diperhatikan bagi seorang perencana :
1.         Integrasi visual dari bukti geologis dilapangan dengan suatu data pengujian lapangan dan pengujian lab.
2.         Menetapkan penyelidikan lapangan dan program penyelidikan laboratorium yang memadai.
3.         Merencanakan elemen-elemen bangunan bawah agar dapat dibangun dan seekonomis mungkin.
4.         Pengetahuan akan metode pelaksanaan praktis dan toleransi konstruksi yang kemungkinan besar akan didapatkan penetapan toleransi yang sangat ketat dapat mempunyai pengaruh yang sangat besar pada biaya pondasi.

Bandara dan Fasilitasnya




Pada masa awal penerbangan, bandar udara hanyalah sebuah tanah lapang berumput yang bisa didarati pesawat dari arah mana saja tergantung arah angin.
Di masa Perang Dunia I, bandar udara mulai dibangun permanen seiring meningkatnya penggunaan pesawat terbang dan landas pacu mulai terlihat seperti sekarang. Setelah perang, bandar udara mulai ditambahkan fasilitas komersial untuk melayani penumpang.
Sekarang, bandar udara bukan hanya tempat untuk naik dan turun pesawat. Dalam perkembangannya, berbagai fasilitas ditambahkan seperti toko-toko, restoran,pusat kebugaran, dan butik-butik merek ternama apalagi di bandara-bandara baru.
Kegunaan bandar udara selain sebagai terminal lalu lintas manusia / penumpang juga sebagai terminal lalu lintas barang. Untuk itu, di sejumlah bandar udara yg berstatus bandar udara internasional ditempatkan petugas bea dan cukai. Di indonesia bandar udara yang berstatus bandar udara internasional antara lain Polonia (Medan), Soekarno-Hatta (Cengkareng), Djuanda (Surabaya), Sepinggan (Balikpapan), Hasanudin (Makassar) dan masih banyak lagi.

Fasilitas bandar udara yang terpenting adalah:

·      Sisi Udara (Air Side)

-       Landas pacu (Runway) yang mutlak diperlukan pesawat. Panjangnya landas pacu biasanya tergantung dari besarnya pesawat yang dilayani. Untuk bandar udara perintis yang melayani pesawat kecil, landasan cukup dari rumput ataupun tanah diperkeras (stabilisasi). Panjang landasan perintis umumnya 1.200 meter dengan lebar 20 meter, misal melayani Twin Otter, Cessna, dll. pesawat kecil berbaling-baling dua (umumnya cukup 600-800 meter saja). Sedangkan untuk bandar udara yang agak ramai dipakai konstruksi aspal, dengan panjang 1.800 meter dan lebar 30 meter. Pesawat yang dilayani adalah jenis turbo-prop atau jet kecil seperti Fokker-27, Tetuko 234, Fokker-28, dsb. Pada bandar udara yang ramai, umumnya dengan konstruksi beton dengan panjang 3.600 meter dan lebar 45-60 meter. Pesawat yang dilayani adalah jet sedang seperti Fokker-100, DC-10, B-747, Hercules, dlsb. Bandar udara international terdapat lebih dari satu landasan untuk antisipasi ramainya lalu lintas.
-       Apron adalah tempat parkir pesawat yang dekat dengan bangunan terminal, sedangkan taxiway menghubungkan apron dan run-way. Konstruksi apron umumnya beton bertulang, karena memikul beban besar yang statis dari pesawat

-       Air Traffic Controller berupa menara khusus pemantau yang dilengkapi radio control dan radar.
-       Unit penanggulangan kecelakaan (air rescue service) berupa peleton penolong dan pemadan kebakaran, mobil pemadam kebakaran, tabung pemadam kebakaran, ambulance, dll. peralatan penolong dan pemadam kebakaran.
-       Fuel service untuk mengisi bahan bakar avtur.

·      Sisi Darat (Land Side)

-       Terminal bandar udara atau concourse adalah pusat urusan penumpang yang datang atau pergi. Di dalamnya terdapat pemindai bagasi sinar X, counter check-in, (CIQ, Custom - Inmigration - Quarantine) untuk bandar udara internasional, dan ruang tunggu (boarding lounge) serta berbagai fasilitas untuk kenyamanan penumpang. Di bandar udara besar, penumpang masuk ke pesawat melalui garbarata atau avio bridge. Di bandar udara kecil, penumpang naik ke pesawat melalui tangga (pax step) yang bisa dipindah-pindah.
-       Curb, adalah tempat penumpang naik-turun dari kendaraan darat ke dalam bangunan terminal
-       Parkir kendaraan, untuk parkir para penumpang dan pengantar/penjemput, termasuk taksi.
Perencanaan sebuah lapangan terbang adalah suatu proses yang saling berkaitan, sehingga analisa dari suatu kegiatan tanpa memperhatikan pengaruhnya terhadap kegiatan lain bukan merupakan yang memuaskan. Sistem lapangan terbang terbagi dua, yaitu Land side dan Air side dimana keduanya dibatasi oleh terminal sebagai penghubung.
Suatu bandara mencakup suatu kumpulan kegiatan yang luas yang mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang berbeda dan terkadang saling bertentangan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya. Misalnya kegiatan keamanan membatasi sedikit mungkin hubungan (pintu-pintu) antara sisi darat (land side) dan sisi udara (air side), sedangkan kegiatan pelayanan memerlukan sebanyak mungkin pintu terbuka dari sisi darat ke sisi udara agar pelayanan berjalan lancar.  Kegiatan-kegiatan itu saling tergantung satu sama lainnya sehingga suatu kegiatan tunggal dapat membatasi kapasitas dari keseluruhan kegiatan.